Pengertian Tuhan

Ada dua versi asal kata tuhan, yang pertama adalah Tuhan berasal dari kata Tuan, lalu yang kedua Tuhan bersal dari bahasa sansekerta yaitu Tu Hyang, yang artinya Kepala Dewa.

Versi pertama menyatakan pada mulanya kata tuhan hanyalah “plesetan“ dari kata tuan, dan ini terjadi karena kesalahan seorang Belanda bernama Leijdecker pada tahun 1678. Peristiwa itu diterangkan secara menarik oleh Alif Danya Muhsyi di majalah Tiara (1984). Ia menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi sebagai salah satu gejala paramasuai, yaitu penambahan bunyi “h“ yang nirguna pada kata-kata tertentu, misalnya hembus, hempas, hasut, dan tuhan.

Sedangkan versi kedua menyebutkan Tuhan berasal dari kata “Tu“ dan “Hyang“. Hyang sendiri memiliki beberapa makna, yaitu “Dewa“ atau
“Eyang“ yang berarti kakek atau nenek.

Prof. Hamka sendiri menyatakan bahwa Tuhan adalah kata yang didapat leh Islam dan terus diapakai. Padahal arti asli kalimat Tuhan itu sama saja dengan dewa. Kebanyakan kata-kata ini berasal dari bahasa sansekerta dipakai setelah agama Hindu tersiar di Indonesia lalu disambut dan dipakai oleh Islam, dan telah menjadi bahasa Melayu, selanjutnya menjadi bahasa Indonesia. [3]

Dalam bahasa Arab, tuhan adalah “Ilah” kata “Ilah“ sendiri berasal dari kata “Aliha“ yang artinya menentramkan. Disebut “Aliha“ karena yang mengabdi kepada-Nya, cinta dan cenderung kepada-Nya.

b) Sejarah Pemikiran Tentang Tuhan

Manusia sejak dahulu sudah mengenal kepercayaan terhadap yang Ghaib. Dengan penelitian-penelitian tentang kehidupan manusia era prasejarah ditemukan beberapa artefak mengenai kehidupan mereka terutama artefak yang berhubungan dengan urusan kepercayaan meraka seperti menhir, punde berundak, kubur batu, dolmen, sarkofagus, dan lain-lain. Dengan alam fikir yang sederhana mereka berusahamengenal akan kekuatan ghaib. Usaha ini bermula ketika mereka mengenal rasa takut akan alam dan akhirnya melahirkan upacara-upacara sakral.

Professor Hamka menganalisa bahwa di zaman purbakala sebagai mana bangsa-bangsa purbakala lain,mereka belumlah menganut suatu agama tertentu, tetapi didalam jiwa mereka telah ada persediaan buat menerima agama. Didalam jiwa mereka sudah mulai tumbuh kepercayaan. Ada dua hal yang menyebabkan tumbuhnya kepercayaan itu. Pertama alam sekeliling, kedua soal hidup dan mati.

Saat mereka berfikir tentang alam, maka mereka akan menganggap alam sebagai tuhan. Saat mereka berbicara tentang kehidupan, kematian, mereka menganggap roh nenek moyang sebagai tuhan. Saat keluarga meraka ada yang  meninggal, secara kebetulan mereka mendengar atau melihat hewan, lalu mereka hubungkan kematian dan hewan, akhirnya hewan itu dianggap sakti, dan disembahlah hewan itu.

Oleh sebab itu beberapa orang ahli tidaklah menyukai mengatur mana yang terlebih dahulu tumbuhnya dinamisme (segala sesuatu ada semangatnya), atau animisme (percaya akan roh nenek moyang), atau totemisme (percaya akan hubungan diantara manusia dengan nenek moyang binatang).

Seiring dengan semakin berkembangnya pikiran manusia, berkembang pulalah konsep tentang Tuhan, pada masa kerajaan-kerajaan kuno, manusia berpikir bahwa alam, keidupan dan kematian itu ada yang mengatur masing- masing satu pengatur, maka munculah konsep banyak dewa (polytheisme). Lalu mereka berpikir bahwa di antara para dewa itu pasti ada satu dewa terkuat, terbijaksana dan mapu memimpin dewa lain, seperti Zeus di Yunani, Yupiter di Romawi, atau Amon-Ra di Mesir. Kemudian mereka berpikir bahwa tak sepantasnya dewa disamakan dengan manusia, karena dewa jauh lebih sempurna, artinya dewa tak butuh bantuan dewa lain, artinya dewa itu hanya ada satu, seperti pemikiran Thales, aristoteles, dan sebagainya.

Secara alami manusia pada akhirnya juga mengakui konsep Monotheisme (satu Tuhan), apalagi setelah di perjelas dengan turunya agama samawi, namun konsep non-monotheisme tetap ada dengan munculnya agama ardhi.

Ciri-ciri agama ardhi adalah:

  1. Konsep Tuhan tidak monotheisme.
  2. Tidak di sampaikan oleh utusan Tuhan.
  3. Kitab sucinya bukan wahyu Tuhan.
  4. Dapat berubah sesuai jaman.
  5. Tidak tahan kritik manusia.
  6. System mersa dan berpikirnya sama dengan masyarakat.

Tapi dari tiga agama samawi, yaitu Yahudi. Kristen, dan Islam, hanya islamlah penganut monotheisme murni, dan yang lainya sudah tercampur konsep lain, karena itulah Lois A Katsoff memandang bahwa fase akhir dari konsep ketuhanan adalah Polytheisme, karena melihat dalam agama Yahudi dan K risten sudah tercampur Polytheisme.

Beliau berpendapat bahwa kepercayaan ada bermacam-macam, mulai dari Ateisme (tidak mengakui adanya Tuhan), Monotheisme ( mengakui adanya satu Tuhan), sampai kepada Polylitheisme (percaya akan adanya Tuhan yang banyak jumlahnya).

Jadi sejarah pemikiran tentang tuhan, mencapai kepada Monotheisme (satu Tuhan), dan Monotheisme murni adalah agama Islam

Argumentasi adanya Tuhan

Di tengah masyarakat Yunani yang Polytheis, para pemikir Yunani sudah berpikir rasional, seperti Thales yang berpandangan bahwa alam berasal dari air, karena air adalah benda cair yang bisa berubah jadi benda padat dan gagasan ini bersebrangan dengan pendapat umum waktu itu yang menyatakan bahwa alam berasal dari perkawinan antara dewa gelap dan dewa terang. Pelangi yang selama ini dianggap dewi sedang mandi, bagi Thales hanyalah peristiwa alam bisaa yang tidak perlu di ikuti atau disembah.[9]

Pemikiran rasional Thales yang coba menjelaskan mitos-mitos mendorong pemikiran ilmiah tentang asal-usul alam, seperti plato yang menyatakan bahwa sumber dari alam adalah Yang Maha Sempurna dan sumber kebaikan Yang Maha itu adalah satu.

Allah berfirman

“ Dan jika kamu tanyakan kepada mereka “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?” pasti mereka akan menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.” (QA : 43 : 9)

Selanjutnya pemikiran mereka dilanjutkan oleh filusuf Muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, dan lain-lain. Al-Kindi berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah atau maiah. Tuhan tidak aniah karena Dia adalah pencipta alam. Dia tidak tersusun dari materi dan bentuk (Al-Hayula Wa At-Surah) tuhan juga tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahiah karena tuhan tidakmerupakan genus atau species. Tuhan hanya satu dan tidak ada yang serupa dengannya. Tuhan unik, yang benar pertama, dan yang benar tunggal. Hanya tuhan yang satu, selain Dia semuanya mengandung arti banyak.[10]

Pendapat Al-Kindi ini diperkuat dengan pendapat Ibnu Sina dan Al-Farabi bahwa Allah adalah pencipta alam, yang kemudian secara otomatis membentuk

zaman walaupun hal ini ditentang oleh Al-Ghazali. Pembuktian ilmiah juga menyatakan bahwa alam yang sedemikian kompleks pasti ada penciptanya, tak mungkin kebetulan terjadi. Jadi baik secara filsafati maupun ilmiah menyatakan bahwa tuhan itu ada dan Dia menciptakan alam semesta, dan tuhan itu satu.

d) Tuhan Dalam Agama-Agama

Dalam agama Kristen. Umat Kristen yakin akan adanya Tuhan Yang Maha PenciptaYang Agung. Sebab, mereka pada dasarnya adalah Ahli kitab, akan tetapi mereka menyebutkan Allah dengan anak (Isa) dan Ruhul Kudus (Jibril), konsep ini mereka sebut dengan “ 3 Oknum” dan ditafsirkan bahwa Tuhan itu Maha Esa dalam Trinitas dan trinitas dalam Maha Esa.[11]

Konsep ini dibawakan oleh Paulus yang mulanya orang Yahudi pembenci ajaran Yesus. Konsep Trinitas menerangkan bahwa setiap manusia memiliki dosa turunan dari Adam yang kemudian ditebus oleh Yesus di tiang salib. Trinitas berasumsi 1 + 1 + 1 = 1 yang baru diakui di Rapat Konsilidi Nicea dengan Injil yang diakui ada empat injil, Yaituinjil Matius, Markus, Lukas dan Yohannes.

Tuhan menurut agama Yahudi disebut “Yahweh”. Dia bukan lah tuhan yang menciptakan tapi tuhan yang diciptakan sesuai dengan keinginan mereka. Dia tidak Ma’shum (terjaga). Semua bisa terjadi kalau Bani Israel menghendaki. Dia tuhan khusus Bani Israel dan musuh orang-orang selain Yahudi.[12]

Bangsa Non-Yahudi bebas mengimani tuhan / tuhan – tuhan apa saja kecuali Yahweh. Dan bagi mereka , Kaum Non – Yahudi tak ada bedanya baik beriman atau tidak beriman, Yakni tidak mungkin bagi kaum Non – Yahudi di keluar dari sebutan “Gentiles” atau “Ghoyyem” yang keudukannya tak lebih tinggi dari hewan.[13]

Dalam agama Hindu, Konsep ketuhanan menurut penganut nya berkonsep monotheisme ; Mereka berkata bahwa segala sesuatu yng bermanfaat atau berbahaya memiliki satu tuhan yang di sembah, seperti air, Sungai, Gunung semuanya ada tuhannya sendiri – sendiri di mana kita bisa menyembah-Nya.[14]

Jadi, Tiap – tiap unsur alam punya satu tuhan masing – masing. Ini bearti bahwa dengan sendirinya mereka menganut Polytheisme. Mereka juga berpendapat bahwa pada tahun 9 Sm, Para tuhan itu bertemu dan melebur menjadi tiga tuhan yaitu Trimurti yang terdiri dari Brahma,Wisnu dan Shiwa. Konsep Trimurti serupa dengan Trinitas Kristen.

G.Analisis pembahasan

Dari sedikitnya tujuh buku yang kami jadikan rujukan dalam menyusun makalah ini, ada satu buku yang sedikit membutuhkan kritik yaitu buku sejarah pemikiran dalam islam Karya Hafiz Anshary, MA yang juga merupakan salah satu buku wajib MKK LAIN, Di dalam buku ini berisi banyak aliran pemikiran dari zaman Yunani,Tasawuf, Salafi, Bahkan syiah. Seharusnya sebuah buku MKK di susun secara objektif dengan konsep Islam yang benar, Tapi di buku ini aliran – aliran sempalan macam wihdatul wujud Al-Hallaj di puji sebagai buah pemikiran yang baik dan patut di tiru , Padahal pemikiran Al – Hallaj menyalahi aturan Allah. Karena menganggap Manusia bisa menyatu dengan Tuhan, dan bisa menjadi Tuhan.

Dalam buku itu di sebutkan : “ Penjelasan keesaan yang bebas dari arti banyak telah di kemukakan oleh para sufi dan filosof . Karena itu wajar juga usaha yang demikian di hargai  dan bahkan di anut”.

a)         Kesimpulan

  1. Tuhan bisa berasal dari kata tuan, bisa juga dari kata “Tu” dan “Hyang” . Dalam bahasa arab berarti “ilahi” yuang berasal  dari kata “aliha”.
  2. Sejarah pemikiran manusia pada akhirnya berkonsep monotheisme, yaitu satu tuhan, dan monotheisme yang murni hanyalah Islam.
  3. Konsep ketuhanan dalam Islam adalah Monotheisme murni, Seperti yang ada dalam, surat Al-ikhlas 1-5.
  4. Keberadaan Tuhan dapat di buktikan,baik secara filsafat maupun pembuktian ilmiah.
  5. Tuhan dalam agama lain cenderung polytheisme.

b)         Saran- saran

  1. Kaum muslimin hendaknya memperdalam aqidah mereka dengan tauhid yang benar.
  2. Tak eharusnya Agama islam di campur adukan engan budaya bersifat syirik.
  3. Para Alim Ulama harus bia membimbing dan menjaga aqidah umat.

[1] A. Husein, “ Asal kata tuhan”, wiriajaya. Multiply.com, 18 September 2008

[2] Muhsin Labib, “ Allah dan Tuhan”, www-id.icc-jakarta.com, 09 mei 2008

[3] Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura, Pustaka Nasional Singapura, 2002. Hal 662

[4] Irfan Supandi, AgendaTarbiyah, Solo, Auliya Press, 2006. Hal. 10

[5] Hamka, Op. Cit, hal. 658

[6] Hamka, Ibid, hal 660

[7] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hal 19

[8] Louis O Katsoff, Pengantar Filsafat, Alih bahasa Soejono Soemargono, Tiara Warana, Yogyakarta, 2004. hal. 434

[9] Hafiz Anshary, Sejarah Pemikiran Dalam Islam, Jakarta, PT Pustaka Antara, 1996. Hal 50

[10] Hafiz Anshary, Ibid, hal. 52

[11] Lembaga WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, alih bahasa A. Naji Yulloh, Al-I’tishom, Jakarta, 2003, Hal 397

[12] Lembaga WAMY, Ibid, Hal 449

[13] Anis Malik Toha, Tren Pluralisme Agama, Jakarta, Persepektif, 2005 Hal 28

[14] Lembaga WAMY, Op. Cit, Hal 419

[15] Hafiz Anshary, Op. Cit, Hal 58